Mirip, bukan berati sama.
Peduli, bukan berarti suka.
Harusnya sudah sejak lama hal ini diperhatikan.
Perasaan terkadang sering salah tapi apa salahnya percaya pada perasaan? Tidak
ingin menyalahkan siapa-siapa, karena memang tidak ada yang salah dalam hal
ini. Terjebak dalam perasaan aneh, konyol, gila, norak seperti ini siapa yang
ingin?
Adalah hal yang wajar jika kamu lebih memilih
dia. Sekalipun diamta orang lain aku lebih baik diabndingkan dengan dia.
Dimatamu mungkin aku adalah orang yang aneh atau bahkan buruk. Janganka untuk
menyapamu, hanya sekedar menatapmu saja sangat sulit kulakukan. Entah apa yang
membuat hal konyol ini terjadi. Hanya megagumimu bukan berarti aku harus
memilikimu.
Dia yang selama ini mempertemukan kamu dan aku.
Dia yang selama ingin terus mempertemukan kamu dan aku. Dia yang selama ini
selalu memberiku semangat untuk tetap mendekati kamu. Dia yang selama ini
selalu setia bersamaku menunggu reaksi positif darimu. Dia yang selama ini selalu
ingin mengubah kamu dan aku menjadi kita. Dia yang selama ingin agar kita tetap
dekat dan bersama. Dia… Dia adalah orangnya.
Dari awal memang benar dialah yang selalu kamu
perhatikan bukannya aku. Dialah orang selalu kamu sapa bukannya aku. Dialah
orang yang namanya selalu kamu sebut ketika kamu bersamaku. Dialah orangnya
bukannya aku. Kedekatan yang terjadi antara kamu dan aku hanyalah kesengajaan
yang dirancang agar kamu bisa melihat dia bahagia, tetap bersamanya tanpa
mengabaikan aku. Kedekatan yang hanya untuk menghargai aku sebagai orang yang mendambakanmu.
Cukup! Aku sudah cukup mengerti sekarang. Dialah yang kamu inginkan.
Persepsi ini muncul begitu saja, tak tau benar
ataupun salah. Tapi semoga saja hal ini dapat menyadarkanmu, dapat memotivasi
untuk menjauh darimu. Tidak berahap padamu.
Komentar
Posting Komentar